Kamis, 23 September 2010

Studi Islam Interdisipliner

I. PENDAHULUAN

Sejak kedatangan islam pada abad ke-13 M hingga saat ini, fenomena pemahaman keislaman umat islam indonesia masih ditandai oleh keadaan amat variatif. Sejalan dengan pembidangan ilmu dalam studi islam, pendekatan studi islam pun mengalami perkembangan, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam makalah ini, pemakalah akan menjelaskan tentang Studi Islam Interdisipliner.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Pengertian Pendekatan dalam Studi Islam

B. Pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam

C. Beberapa Pendekatan Interdisipliner

III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan dalam Studi Islam

Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hal ini adalah agama Islam. Islam dapat dilihat dalam beberapa aspek yang sesuai dengan paradigmanya.[1]

B. Pendekatan Interdisipliner dalam studi Islam

Pendekatan interdisliner yang dimaksud disini adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang (perspektif). Dalam studi misalnya menggunakan pendektan sosiologis, historis dan normatif secara bersamaan. Pentingnya penggunaan pendekatan ini semakin disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti Al-Qur’an dan sunnah Nabi tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi harus dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus, bahkan masih perlu ditambah dengan pendekatan hermeneutik misalnya.

Dari kupasan diatas melahirkan beberapa catatan. Pertama, perkembangan pembidangan studi islam dan pendekatannya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Kedua, adanya penekanan terhadap bidang dan pendekatan tetentu dimaksudkan agar mampu memahami ajaran islam lebih lengkap (komprehensif) sesuai dengan kebutuhan tuntutan yag semakin lengkap dan komplek. Ketiga, perkembangan tersebut adalah satu hal yang wajar dan seharusnya memang terjadi, kalau tidak menjadi pertanda agama semakin tidak mendapat perhatian.[2]

Contoh dalam penggunaan pendekatan interdispiner adalah dalam menjawab status hukum aborsi. Untuk melihat status hukum aborsi perlu dilacak nash Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Tentang larangan pembunuhan anak dan proses atau tahap penciptaan manusia dihubungkan dengan teori embriologi.

Sebagai tambahan Leonard Binder secara implisit menawarkan beberapa pendekatan studi islam, yakni:

1) Sejarah (history)

2) Antropologi (anthrophology)

3) Sastra islam dan arkeologi (islamic art and archeology)

4) Ilmu politik (political science)

5) Filsafat (philosophy)

6) Linguistik

7) Sastra (literature)

8) Sosiology (sociology)

9) Ekonomi (economics)

Dari pembahsan ringkas tentang pendekatan yang dapat digunakan dalam studi islamada beberapa catatan. Pertama, sejumlah teori memang sudah digunakan sejak lama oleh para ilmuan klasik, meskipun teori-teori tersebut mengalami perkembangan. Kedua, ada beberapa teori yang mendapat penekanan pada beberapa dekade terakhir.[3]

C. Beberapa Pendekatan Interdisipliner

1. Pendekatan Filsafat

Filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta dan kata shopos yang berarti cinta dan kata shopos yang beraati ilmu atau hikmah secara etimologi filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah.

Menurut istilah (terminologi) filsafat islam adalah cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkan falsafah dan menciptakan sikap positif terhadap falsafah islam.[4]

Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi berikut:

a) Segi semantik; filsafat berasal dari bahasa arab yaitu falsafah. Dari bahasa Yunani yaitu philosophia yaitu pengetahuan hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta pengetahuan, kebijaksanaan, dan kebenaran. Maksudnya adalah orang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya dan mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

b) Segi praktis; filsafat yaitu alam pikiran artinya berfilsafat itu berpikir. Orang yang berpikir tentang filsafat disebut filosof. Yaitu orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh di dalam tugasnya filsafat merupakan hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jadi filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.

Ruang lingkup filsafat

Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang terdiri dari gabungan ilmu-ilmu khusus[5]. Dalam perkembangan ilmu-ilmu khusus satu demi satu memisahkan diri dari induknya yakni filsafat. Ruang lingkup filsafat berdasarkan struktur pengetahuan yang berkembang dapat dibagi menjadi tiga bidang,sebagai berikut,

1. Filsafat sistematis terdiri dari:

2. Metafisika

3. Epistemologi

4. Metodologi

5. Logika

6. Etika

7. Estetika

8. Filsafat khusus terdiri dari:

a) Filasafat seni

b) Filsafat kebudayaan

c) Filsafat pendidikan

d) Filsafat bahasa

e) Filsafat sejarah

f) Filsafat budi pekerti

g) Filsafat politik

h) Filsafat agama

i) Filsafat kehidupan

j) Filsafat nilai

9. Filsafst keilmuan terdiri dari:

a) Filsafat ilmu-sssssstik

b) Filsafat psikologi

c) Filsafat ilmu-ilmu social.

Dalam studi filsafat untuk memahami secara baik paling tidak kita harus mempelajari lima bidang politik, yaitu:

a. Metafisika

b. Epistimologi

c. Logika

d. Etika

e. Sejarah filsafat.

Dasar Pendekatan Filsafat Islam

Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi,tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itu adalah alquran dan hadis.

Dalam kaitan ini diperlukan pendekatan historis terhadap filsafat Islam yang tidak menekankan pada studi tokoh,tetapi yang lebih penting lagi adalah memahami proses dialektik. Filsafat Islam sendiri keberadaanya menimbulkan pro dan kontra. Sebagian yang berpikiran maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat Islam. Bagi mereka yang berpikiran tradisional kurang mau menerima filsafat.

Islam menjadi jiwa yang mewarnai suatu pemikiran filsafat,itulah yang disebut filsafat Islam bukan karena orang yang melakukan kefilsafatan itu orang muslim, tetapi dari segi obyek membahas mengenai keislaman.

Perkembangan filsafat Islam pada prinsipnya mampu bersaing dengan filsafat Barat. Dari kedua filsafat ini ditambah dengan kajian Yahudi, maka tersusunlah sejarah pembahasan teoretis filsafat Islam dengan filsafat klasik, pada pertengahan dan modern. Hubungan filsafat Yunani dengan filsfat islam adalah sebagai berikut:

1) Pemikiran filsafat Islam telah dipengaruhi oleh filsafat Yunani.

2) Para filsuf muslim mengambil sebagian besar pandanganya Aristoteles.

3) Filsuf muslim banyak mengagumi Plato dan mengikutinya pada berbagai aspek.

Hubungan filsafat Islam dengan filsafat modern ,secara khusus terdapat berbagai usaha yang ditujukan untuk menemukan hubungan antara keduanya,baik sumber maupun pengantar-pengantar filsafat modern. Batasannya yaitu terdapat pola titik persamaan dalam pandangan dan pemikiran.

Filsafat Islam juga dikatakn sebagai ilmu karena di dalamnya terkandung pertanyaan ilmiah,yaitu bagaimanakah, mengapakah, dan apakah, jawaban atas pertanyaan itu adalah sebagai berikut:

1) Pengetahuan yang timbul dari pedoman yang selalu berulang-ulang.

2) Pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung dalam adat istiadat yang berlaju dalam masyrakat.

3) Pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai suatu hal dijadikan pegangan.

Konsep Filsafat Islam

1) Konsep Ar-Razi

Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria Al- Razi lahir di Rai kota dekat Teheran pada tahun 862 M. Falsafahnya terkenal dengan Lima Yang Kekal.[6]

a. Materi; merupakan apa yang ditangkap panca indra tentang benda itu

b. Ruang ; karena materi mengambil tempat.

c. Zaman: karena materi berubah-ubah keadaannya.

d. Adanya roh

e. Adanya Pencipta.

2) Konsep Al Farabi

Abu Ali Husin Ibn Sina lahir di Afsyana 980 M. di dekat Bukhara. Terkenal dengan

a. Falsafah Jiwa,

b. Falsafah Wahyu dan Nabi,

c. Falsafah Wujud.

3) Konsep Al Kindi

Ya’kub Ibn Ishaq Al Kindi berasal dari Kindah di Yaman.tahun 796 M. terkenak dengan:

a. Falsafah Ketuhanan

b. Falsafah Jiwa

2. Pendekatan Sosiologi

a) Pengertian Pendidikan dengan pendekatan sosiologi

Sosiologi adalah ilmu tentang kemasyarakatan, ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat.Sosiologi didefinisikan secara luas sebagai bidang penelitian yang tujuannya meningkatkan pengetahuan melalui pengamatan dasar manusia,dan pola organisasi serta hukumnya.Sosiologi dapat juga diartikan sebagai suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Selanjutnya sosiologi digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam studi islam yang mencoba untuk memahami islam dari aspek sosial yang berkembang dimasyarakat, sehingga pendidikan dengan pendekatan sosiologis dapat diartikan sebagai sebuah studi yang memanfaatkan sosiologi untuk menjelaskan konsep pendidikan dan memecahkan berbagai problema yang dihadapinya. Pendidikan menurut pendekatan sosiologi ini dipandang sebagai salah satu konstruksi sosial atau diciptakan oleh interaksi sosial. Pendekatan sosiologi dalam praktiknya, bukan saja digunakan dalam memahami masalah-masalah pendidikan, melainkan juga dalam memahami bidang lainnya, seperti agama sehingga munculah studi tentang sosiologi agama.[7]

b) Agama dalam pendekatan sosiologi

Salah satu ciri utama pendekatan ilmu -ilmu sosial adalah pemberian definisi yang tepat tentang wilayah telaah mereka. Adams berpendapat bahwa studi sejarah bukanlah ilmu sosial,sebagaimana sosiologi.Perbedaan mendasar terletak bahwa sosiologi membatasi secara pasti bagian dari aktivitas manusia yang dijadikan fokus studi dan kemudian mencari metode khusus yang sesuai dengan objek tersebut,sedangkan sejarahwan memiliki tujuan lebih luas lagi dan menggunakan metode yang berlainan. Dengan menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial, maka agama akan dijelaskan dengan beberapa teori, misalnya agama merupakan perluasan dari nilai-nilai sosial, agama adalah mekanisme integrasi sosial, agama itu berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui dan tidak terkontrol dan masih banyak lagi teori lainnya.Pada intinya pendekatan ilmu- ilmu sosial menjelaskan aspek empiris orang beragama sebagai pengaruh dari norma sosial. Tampak jelas bahwa pendekatan ilmu-ilmu sosial memberikan penjelasan mengenai fenomena agama.

c) Agama dalam pendekatan fungsional-sosiologi

Teori fungsional memandang agama dalam kaitan dengan aspek pengalaman yang mentransendensikan sejumlah peristiwa eksistensi sehari hari, yakni melibatkan kepercayaan dan tanggapan terhadap sesuatu yang berada diluar jangkauan manusia. Oleh karena itu secara sosiologis agama menjadi penting dalam kehidupan manusia dimana pengetahuan dan keahlian tidak berhasil memberikan sarana adaptasi atau mekanisme penyesuaian yang dibutuhkan. Dari sudut pandangan teori fungsional, agama menjadi atau penting sehubungan dengan unsur-unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari ketidakpastian, ketidakberdayaan dan kelangkaan yang memang merupakan karakteristik fundamental kondisi manusia. Dalam hal ini fungsi agama adalah menyediakan dua hal yaitu :

1. Suatu cakrawala pandang tentang dunia luar yang tidak terjangkau oleh manusia.

2. Sarana ritual yang memungkinkan hubungan manusia dengan hal diluar jangkauanya.yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi manusia mempertahankan moralnya.

Dari sini kita dapat menyebutkan fungsi agama,antara lain:

1. Agama mendasarkan perhatiannya pada sesuatu yang diluar jangkauan manusia yang melibatkan takdir dan kesejahteraan, dan terhadap manusia memberikan tanggapanserta menghubungkan dirinya menyadiakan bagi pemeluknya suatu dukungan dan pelipur lara.

2. Agama manawarkan hubungan transendetal melalui pemujaan pada upacara ibadat.

3. Agama mensucikan norma-norma dan nilai masyarakat yang telah terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok diatas keinginan individu dan disiplin kelompok diatas dorongan individu.

4. Agama melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting.

5. Agama bersangkut paut pula dengan pertumbuhan dan kedewasaan individu dan perjalanan hidup melalui tingkat usia yang ditentukan oleh masyarakat.

Jadi menurut teori fungsional, agama mengidentifikasikan individu dengan kelompok, menolong individu dalam ketidakpastian, menghibur ketika dilanda kecewa, mengaitkannya dengan tujuan-tujuan masyarakat, memperkuat moral, dan menyediakan unsur-unsur identitas.

Seperti halnya teori sosiologi tentang agama, teori fungsional juga berusaha membangun sikap bebas nilai. Teori ini tidak menilai kebenaran tertinggi atau kepalsuan kepercayaan beragama. Sebagaimana semua sosiologi, teori ini juga menggunakan apa yang disebut pendekatan “naturalistis”pada agama.Sebagai ilmu sosial,sosiologi berusaha memahami perilaku diri sebab akibat yang alamiah. Ini bukan merupakan posisi ideologi yang anti agama, sebab jika penyebab itu diluar alam, bila mereka bertindak terhadap manusia harus juga melalui manusia dan hakikat manusia.

Salah satu sumbangan yang paling berharga dari teori fungsional ialah ia telah mengarahkan perhatian kita pada karakteristik agama yang menawarkan sudut pandang lain darimana kita memulai studi sosiologis terhadap agama dari sudut perspektif yang saling melengkapi. Teori fungsional menitik beratkan arti penting”titik kritis”, dimana fikiran dan tindakan sehari hari ditransendensikan dalam pengalaman manusia[8]

3. Pendekatan Sejarah

a) Pengertian pendekatan sejarah

Dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut tarikh yang secara harfiah berarti ketentuan waktu, dan secara istilah berarti keterangan yang telah terjadi pada masa lampau / masa yang masih ada. Dalam bahasa Inggris, kata sejarah merupakan terjemahan dari kata history yang secara harfiah diartikan the past experience of mankind, yakni pengalaman umat manusia di masa lampau.[9]

Jadi sejarah adalah ilmu yang membahas berbagai masalah yang terjadi di masa lampau, baik yang berkaitan dengan masalah sosial, politik ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, kebudayaan, agama dan sebagainya.

Melalui pendekatan sejarah ini, ilmu pendidikan Islam akan memiliki landasan sejarah yang kuat sehingga terjadi hubungan dan mata rantai yang jelas antara pendidikan yang dilaksanakan sekarang dengan pendidikan yang pernah ada di masa lalu. Bangunan ilmu pendidikan Islam yang didasarkan pada pendekatan sejarah akan memiliki landasan yang lebih realistis dan empiris, karena bertolak dari praktik pendidikan yang benar-benar telah terjadi. Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan sejarah merupakan sebuah bentuk apresiasi atas berbagai peristiwa masa lalu untuk digunakan sebagai bahan renungan dan pelajaran bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam di masa lalu.[10]

b) Studi Islam dengan Pendekatan Sejarah

Melalui pendekatan sejarah ditemukan informasi sebagai berikut:

1. Sejak kedatangan Islam, umat Islam tergerak hati, pikiran dan perasaannya untuk memberikan perhatiannya yang besar terhadap penyelenggaraan pendidikan.

2. Model lembaga pendidikan Islam yang diadakan oleh umat Islam adalah model lembaga pendidikan informal, non formal dan formal.

3. Lembaga pendidikan yang dibangun umat Islam bersifat dinamis, kreatif, inovatif, fleksibel dan terbuka untuk dilakukan perubahan dari waktu ke waktu.

4. Melalui pendekatan sejarah, diketahui bahwa di kalangan umat Islam telah terdapat sejumlah ulama yang memiliki perhatian untuk berkiprah dalam bidang pendidikan

5. Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang kehidupan para guru dan pelajar.

6. Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang adanya sistem pengaturan atau manajemen pendidikan, pendanaan atau pembiayaan pendidikan, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang canggih.

7. Melalui pendekatan sejarah, dapat diketahui tentang adanya kurikulum yang diterapkan di berbagai lembaga pendidikan yang disesuaikan dengan visi, misi, tujuan dan ideologi keagamaan yang dimiliki oleh tokoh pendiri atau masyarakat yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan tersebut.

Pendekatan sejarah dalam mempelajari Islam merupakan profil campuran, yakni sebagian dari praktik tersebut ada yang dipengaruhi oleh sejarah dan ada pula yang dipengaruhi oleh adat istiadat dan kebudayaan setempat. Praktik pendidikan dalam sejarah tidak selamanya mencerminkan apa yang dikehendaki ajaran Al-Qur'an dan al-sunnah.

Informasi yang terdapat dalam sejarah bukanlah dogma atau ajaran yang harus diikuti, melainkan sebuah informasi yang harus dijadikan bahan kajian dan renungan, memilah dan memilih bagian yang sesuai dan relevan untuk digunakan.[11]

IV. KESIMPULAN

- Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hal ini adalah agama Islam. Islam dapat dilihat dalam beberapa aspek yang sesuai dengan paradigmanya.

- Pendekatan interdisipliner adalah sebuah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang secara bersamaan sehingga akan mendapat hasil yang lebih baik dibandingkan hanya menggunakan satu pendekatan saja.

- Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi:

1. Segi semantik, perkatan filsafat berasal dari kata arab, yaitu falsafah;

2. Segi praktis; dilihat dari pengertian praktisnya,filsafat berarti alam pikaran;

- Ada berapa ciri filsafat yaitu;

1. Persoalan filsafat bercorak sangat umum;

2. Persoalan filsafat tidak bersifat empiris;

3. Menyangkut masalah asasi

- Pendekatan sosiologi merupakan sebuah studi yang memanfaatkan sosiologi yaitu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat untuk menjelaskan konsep pendidikan dan memecahkan berbagai problema yang dihadapi.

- Pendekatan sejarah dalam mempelajari islam merupakan profil campuran, yakni sebagian dari praktek tersebut ada yag dipengaruhi oleh sejarah dan ada juga yang dipengaruhi oeh adat istiadat dan kebudayaan seteempat. Praktik pendidikan dalam sejarah tidak selamanya mencerminkan apa yang dikehendaki ajaran Al-Qur’an dan As-sunnah.

- Informasi yang terdapat dalam sejarah bukanlah dogma atau ajaran yang harus diikuti, melainkan ebuah informasi yang harus dijaidikan bahan kajian dan renungan, memilah dan memilihbagian yang sesuai dan relevan unuk digunakan.

V. PENUTUP

Demikianlah maklah ini kami sajikan kepada para pembaca, diharapkan kiranya tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca tentang syirkah. Tentunya kami sadar bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan manusiawi kami. Untuk itu kami mengharap kepada pembaca sekalian untuk memberikan ssaran yang konstruktif untuk kemajuan ilmu pengetahuan kita bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah, 2006.

Nasution, Dr. H. Khoiruddin. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA. 2009.

Nasution, Harun. Falsafah dan Mistisme dalam Islam. Cet.9, Jakarta: Bulan Bintang, 1995.

Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum, Jakarta: Rajawali Press. 2009.

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, cet. X , Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006.

O’dea, Thomas F. sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal. Jakarta: Rajawali Press. 1992.



[1] M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Amzah, 2006, hlm.58

2 Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution,MA, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA, 2009,hlm. 230-232

[3] Ibid.,hlm. 232-234

[4] Op.Cit.,M.Yatimin Abdullah.hlm.290

[5] Op.Cit.,M. Yatimin Abdullah. hlm.292

[6] Harun Nasution. Falsafah dan Mistisme dalam Islam. Cet.9, Jakarta: Bulan Bintang, 1995, hlm. 21.

[7] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 203

[8] Thomas F O’dea, sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal, Jakarta: Rajawali Press,1992, hlm. 25-27

[9] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, cet. X , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 46.

[10] Op.Cit., Abuddin Nata hlm. 84-85

[11] Ibid, hlm. 88-93